Archive for 2017

Home Archive for 2017

Malang, Channel11comm – Surat gugatan yang dilayangkan oleh pihak calon ketua Himanika nomor urut dua pada Rabu (13/12) terhadap pelaksanaan Pilkahimanika (7/12) lalu berbuntut panjang.

Gugatan yang dilayangkan tersebut berisi 5 poin, antara lain :

1. Tidak ada informasi mengenai kriteria pencoblosan

2. Panitia pengawas ikut campur tangan dalam pelaksanaan Pikahimanika

3. Tata cara penghitungan surat suara dan pengesahannya yang tidak sesuai dengan Undang-Undang Pilkahimanika FISIP UB

4. Kurang jelasnya peraturan Berita Acara Penghitungan

5. Tata tertib pelaksanaan mengenai publikasi online (ditemukan salah satu bentuk kampanye dari Calon Ketua Himanika nomor urut 1 (satu) yang belum dihapus)

Dengan adanya surat gugatan tersebut, panitia pengawas menyelenggarakan sidang panitia pengawas pada Kamis (14/12) malam. Dalam sidang tersebut, diadakan pula mediasi antara kedua belah pihak Calon Ketua Himanika 2018 mengenai gugatan. Namun tidak juga menemukan solusi, maka panita pengawas mengeluarkan sanksi berat kepada Calon Ketua Himanika 2018 nomor urut 1. Hasil sidang semalam tertuang dalam berita acara dan press release yang disebarluaskan melalui official account Himanika pagi tadi (15/12). Setelah disebarluaskanya press release, panitia adakan press conference pada pukul 13.57 yang dihadiri oleh mahasiswa Ilmu Komunikasi .

Dalam press release tersebut, Panitia Pilkahimanika mengakui kesalahan pada poin gugatan nomor 1-4 dan melakukan permohonan maaf. Selain itu, berdasarkan pelanggaran atribut kampanye dari tim sukses calon ketua Himanika nomor urut 1 (satu), maka pihak bersangkutan dikenai sanksi berupa pemotongan suara sebanyak 25% dari total keseluruhan perolehan suara sah dan melakukan permohonan maaf kepada seluruh mahasiswa Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Brawijaya (UB).

Pengurangan itu berakibat pada perolehan suara dari calon nomor urut 1 menjadi 108, sedangkan calon nomor urut 2 tetap 144 suara. Berdasarkan hasil tersebut, calon nomor urut 2, Kevin Yolandri ditetapkan sebagai Ketua Himanika 2018 terpilih. Kesepakatan dari hasil tersebut diketahui dan disepakati oleh masing-masing calon ketua dan manajer, saksi ahli, saksi independen, dan panitia pengawas.

Seperti yang diketahui sebelumnya, pada penghitungan suara Kamis (7/12) lalu, calon nomor urut 1, Dimas Aritiyan, berhasil memperoleh 146 suara, sedangkan calon nomor urut 2, Kevin Yolandri memperoleh 144 suara. Suara tidak sah sebanyak 26 suara dan 2 suara abstain.

Setelah dilakukan press conference Jum’at (15/12) pukul 13:57 WIB, terbukti bahwa ditemukan kesalahan yang dilakukan salah satu tim sukses Calon Ketua Himanika 2018 nomor urut satu belum menghapus properti kampanye setelah hari tenang.

Malang, Channel11comm – Pesta demokrasi tahunan mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Brawijaya (UB) akan segera berlangsung. Tepatnya pada 7 Desember 2017, seluruh mahasiswa aktif Ilmu Komunikasi UB akan memberikan suaranya dan memilih siapa yang berhak menjadi ketua Himpunan Mahasiswa Ilmu Komunikasi (Himanika) periode 2018. Pemilihan Ketua Himanika (Pilkahimanika) ini menjadi ajang bagi mahasiswa Ilmu Komunikasi untuk ikut andil dalam menentukan tumbuh kembang Himanika yang diharapkan mampu menghimpun seluruh mahasiswa Ilmu Komunikasi UB.

Tidak jauh berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, sistem pemilihan tahun ini tetap menggunakan surat suara. Althea Kireina, Ketua Pelaksana Pilkahimanika 2017, menjelaskan bahwa sistem pemilihan tahun ini hampir sama dengan tahun sebelumnya yaitu mahasiswa datang ke tempat pemilihan lalu memberikan suaranya melalui surat suara yang dibagikan. “Sistem pemilihannya gak jauh beda sama tahun-tahun sebelumnya, tetap pakai surat suara. Communite akan kasih suaranya 7 Desember mendatang,” jelasnya.

Untuk meningkatkan antusias mahasiswa dalam memilih, tahun ini Panitia Pelaksana Pilkahimanika memberikan terobosan berupa tag-line “Mari Beraspirasi Tanpa Golput” serta penggunaan tagar dalam setiap unggahan di akun media sosial milik Himanika. Tidak hanya itu, transparansi seluruh rangkaian kegiatan dan safari kelas juga akan dilakukan dalam rangka mengajak mahasiswa untuk ikut berpartisipasi dalam pemilihan.

Berbicara tentang antusiasme Puti Nisazka, mahasiswa Ilmu Komunikasi angkatan 2015, mengakui bahwa antusiasme mahasiswa akan Pilkahimanika kurang terlihat. “Walaupun gak kelihatan banget antusiasnya, tapi anak Ilmu Komunikasi itu peduli kok buat memilih ketua himpunan mereka,” ungkap Sazka. Meski begitu, wanita berjilbab ini merasa pemilihan Ketua Himanika sangat penting. Hal tersebut selaras dengan pemaparan Kevin Maulana, mahasiswa Ilmu Komunikasi angkatan 2016, “Antusiasnya agak kurang soalnya kandidatnya cuma sedikit,” jelas Kevin.

Selanjutnya, untuk kandidat yang nantinya terpilih, kedua mahasiswa ini sama-sama berharap agar ketua terpilih mampu mengembangkan Himankia dengan tujuan utama menghimpun seluruh mahasiswa Ilmu Komunikasi UB. Siapapun yang dipercayakan sebagai Ketua Himanika diharapkan dapat menjalankan amanah yang diberikan dengan maksimal hingga akhir masa jabatannya. [vik/hul/stf/re]

Malang, Channel11comm – Menjelang penggolongan peminatan bagi mahasiswa semester empat jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Brawijaya (UB), divisi Advokasi Himpunan Mahasiswa Ilmu Komunikasi (Himanika) adakan Cakrukan peminatan untuk memberi pandangan bagi mahasiswa angkatan 2016 pada (20/11) lalu di hall lantai 7 gedung B Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP).

Acara ini dihadiri oleh Ketua Jurusan, Antoni, Sekretaris Jurusan, Dian Rahmiyati, dan beberapa dosen dari masing-masing peminatan. Selain itu, hadir pula tiga mahasiswa jurusan Ilmu Komunikasi angkatan 2015 dari ketiga peminatan . hadirnyanya mereka untuk memaparkan mengenai apa saja yang terdapat pada masing-masing peminatan yaitu studi dan kajian media, public relation (PR), dan management komunikasi.

Dalam kesempatan tersebut, Nilam Wardasari, dosen peminatan PR, menjelaskan bahwa peminatan PR memiliki ranah kerja yang luas. “Semua perusahaan apapun jenisnya pasti membutuhkan PR untuk menjalin hubungan baik eksternal maupun internal,” pungkasnya.

Ia menambahkan, mata kuliah wajib dan pilihan dalam peminatan PR antara lain teori PR, manajemen program dan kampanye PR, manajemen isu dan krisis, public relations on media, CSR, and community development, public speaking, komunikasi koorporat, konsultasi dan training komunikasi, dan public service. Ia juga berharap sistem pembelajaran dalam peminatan PR mampu mendorong praktik kehumasan yang profesional.

Bagi yang bercita-cita menjadi seorang marketing communication manager, consultant, market research corporate, analyst, negotiator, event organizer, advertising planner, copy writer, atau akademisi, maka peminatan Manajemen Komunikasi mungkin pantas untuk dijadikan pilihan.

Dengan mendapat mata kuliah wajib dan pilihan seperti strategi branding, komunikasi persuasi negosiasi, manajemen kreatif periklanan, social marketing dan komunikasi, komunikasi persuasi dan negosiasi, diharapkan nantinya lulusan dari peminatan ini memiliki pemahaman dalam proses komunikasi mulai dari observasi, implementasi, hingga evaluasi yang diaplikasikan dalam ranah praktis.

Untuk bidang peminatan studi dan kajian media, Arif Budi menjelaskan mahasiswa akan mempelajari teori-teori tentang broadcasting dan jurnalistik. Selain itu, nantinya mahasiswa peminatan ini akan langsung melakukan praktek dan media visiting. Sedangkan untuk mata kuliah peminatan yang ditawarkan yaitu sinematografi, manajemen media, gender dan media, hukum media dan masih banyak lagi.

Namun, pemilihan peminatan ini hanya berlaku bagi mahasiswa kelas regular dan tidak untuk kelas Inggris. “Untuk kelas Inggris tidak ada peminatan yang ditentukan sendiri, karena sudah dipaketkan. Tetapi jangan khawatir, mata kuliah yang kami susun sudah mewakili semua peminatan,” jelasnya.

Sri Handayani, dosen mata kuliah umum, menitipkan pesan kepada mahasiswa Ilmu Komunikasi untuk mengambil mata kuliah di luar peminatan, “Mata kuliah di luar peminatan seperti komunikasi keluarga, komunikasi kesehatan, dan sebagainya bisa diambil untuk topik kajian riset dan skripsi nanti,” ucapnya.

Setelah sosialisasi dari dosen, acara dilanjutkan dengan sharing bersama ketiga mahasiswa Ilmu Komunikasi angkatan 2015 yang telah mengambil peminatan. Kharisma Wibisono salah satunya. Mahasiswa yang mengambil peminatan studi media ini berpesan untuk menentukan pilihan bergantung pada diri masing-masing. “Jawaban mau ke mana kalian, hanya kalian sendiri yang tahu,” tegasnya. [rey/dre/le/zak]

BEDA – Panggung CIA 2017 dihadiri oleh tiga tokoh inspiratif

Malang, Channel11.comm – Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Brawijaya (UB) baru saja selesai menyelenggarakan acara terbesarnya yaitu Communication in Action (CIA) pada Sabtu (4/10) di Hotel Trio Indah 2 Malang dengan mengangkat tema “Digitalize Our Local Wisdom”.

Tahun ini CIA genap berusia sebelas tahun. Dimulai dari sebuah acara dan perlombaan internal mahasiswa Ilmu Komunikasi UB, pada tahun 2016, CIA dibuka mulai menjadi perlombaan dan talkshow bertaraf nasional. Tahun ini, CIA berani tampil beda dengan mengadakan lomba, roadshow, dan seminar dengan peserta dari berbagai universitas di Indonesia. Meriahnya lagi, seminar di penghujung acara CIA dihadiri oleh tiga pembicara hebat yang pakar dalam bidang Ilmu Komunikasi yaitu Putra Nababan, Joseph Theodorus Wulianadi (Mr. Joger), dan Maulana Rizqi Aldiansyah.

“Jenis lomba ada tiga peminatan sesuai dengan peminatan di Ilmu Komunikasi. Yang pertama ada Kajian Media dengan tajuk ‘Millenial Production’. Di peminatan itu peserta bikin video dokumenter tentang local wisdom Indonesia. Lalu ada peminatan Public Relations (PR) yang kita sebut ‘Alva Solution’. Peserta diminta menyelesaikan permasalahan kasus dengan membuat kampanye PR seperti kasus tentang perusahaan PR dan kearifan lokal. Yang terakhir ada Manajemen Komunikasi dan fokus pada ultimate branding, yaitu membuat produk desain seolah-olah punya produk sendiri dan membuat local mockup design seperti packaging, katalog, dan social media feeds,” terang Arista Damaila selaku ketua pelaksana CIA 2017.

Peserta kompetisi pun bermacam-macam jumlahnya. Untuk peminatan Public Relations sebanyak 23 peserta, Komunikasi Massa sebanyak 10 peserta, dan Manajemen Komunikasi sebanyak 7 peserta.

Berbicara tentang tema, giliran Verico Romadon yang berbicara. Pria yang bertanggung jawab sebagai koordinator acara CIA ini menerangkan apa maksud dari tema “Digitalize Our Local Wisdom” yang diangkat tahun ini.

“Sekarang kita ngangkat ‘Digitalize Our Local Wisdom’ karena mahasiswa zaman sekarang nggak seimbang antara gadget dan kearifan lokal. Jadi secara nggak langsung hal ini perlu diangkat supaya mahasiswa lebih peka terhadap kejadian-kejadian di ranah komunikasi,” ungkap mahasiswa Ilmu Komunikasi angkatan 2015 ini. Verico turut menjelaskan bahwa manfaat kompetisi yang diadakan CIA bagi mahasiswa adalah untuk menambah pengalaman yang akan ditulis CV dan meningkatkan sense of competition.

“Harapan untuk CIA di tahun selanjutnya adalah semoga bisa lebih merangkul seluruh mahasiswa Ilmu Komunikasi Indonesia dan semoga cakupannya bisa diperluas lagi sehingga orang kalau denger nama CIA yang kebawa nama UB,” ujar Verico. Arista turut mengutarakan harapannya agar CIA bisa menjadi ‘mesin waktu’ untuk mentransformasikan nilai-nilai kearifan lokal dalam bentuk digital. “Walau main instagram, youtube, kita tetep ingat budaya kita,” tegasnya. [hul/aud]

Malang, Channel11.comm – Meski terbilang baru, Ilmu Komunikasi Universitas Brawijaya (UB) sudah mampu bersaing dengan jurusan-jurusan pendahulunya. Ilmu Komunikasi berhasil mencetak berbagai prestasi baik di bidang akademik dan non-akademik. Mengangkat tema Hari Pahlawan, channell1.comm berhasil berbincang dengan tiga mahasiswa Ilmu Komunikasi dengan prestasi yang patut diacungi jempol. Merekalah tiga dari sekian pahlawan muda Ilmu Komunikasi yang sukses membuktikan bahwa Ilmu Komunikasi juga mampu beprestasi.

Mereka adalah Khoirunnisa, Made Dwi Pradnyanan, dan Adinda Windy Ganestya Masadhe yang berhasil mengharumkan nama Ilmu Komunikasi UB lewat lomba-lomba di berbagai bidang. Mulai dari Khoirunnisa sang mahasiswa berprestasi (Mawapres) Ilmu Komunikasi tahun 2017, Dwi yang berhasil membawa pulang medali perunggu di ajang PIMNAS 2017, hingga Windy yang menyandang prestasi Bintang Radio 2017.

Khoirunnisa, wanita berkerudung dengan senyum manis ini, mampu membuktikan bahwa hobi yang kita sering lakukan dan hal-hal yang kita cintai dapat membawa kita pada kesuksesan. Khoirunnisa sudah banyak memenangi perlombaan dalam bidang news caster karena kesukaannya terhadap public speaking sejak masih duduk di bangku sekolah.

Lalu ada Made Dwi Pradnyanan yang merupakan mahasiswa Ilmu Komunikasi angkatan 2015 yang berhasil mengantongi medali perunggu dalam ajang Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) 2017. Dwi bersama dua orang rekannya berhasil menyisihkan finalis lainnya dalam Program Kreativitas Mahasiswa bidang Penelitian (PKM-P) konsentrasi Sosial Humaniora.

Selain dalam bidang akademik, ada pula Adinda Windy Ganestya Masadhe yang bisa membuktikan bahwa kita juga dapat berprestasi dalam bidang non-akademik. Wanita berparas cantik ini tidak pernah menyerah dalam perjuangannya untuk meraih prestasi walau telah terjatuh beberapa kali. Sama halnya dengan Khoirunnisa dan Dwi, Windy juga meraih banyak prestasi karena melakukan hal yang ia senangi. Terbukti, berbekal kemampuannya dalam bidang penyiaran, belum lama ini Windy berhasil menorehkan prestasi Bintang Radio 2017 tingkat nasional dan kini sedang dalam persiapan untuk tingkat ASEAN. Dengan suara merdunya, ia juga telah terpilih dari ratusan ribu pendaftar ajang Indonesian Idol tahun 2014 untuk tampil di panggung bergengsi tersebut.

Khoirunnisa, Dwi, dan Windy berhasil membuktikan bahwa dari hal yang kita sukai, jika kita terus tekuni, maka dapat menjadi suatu prestasi yang membanggakan. Hal ini didukung oleh pernyataan Dwi yang berpesan agar kita melakukan apa yang kita sukai secara optimal. Ketiganya hanya sebagian kecil dari pahlawan muda yang dimiliki Ilmu Komunikasi. Sejatinya, kita adalah pahlawan untuk diri kita sendiri dan kembali lagi ke diri kita apakah kita mampu memaksimalkan potensi diri yang ada. [vk/zk/stf]

Pemerintah melakukan revisi terhadap Undang-Undang No. 32 Tahun 2002 tentang penyiaran. Revisi ini justru perlu semakin ditanyakan untuk memperjelas poin dan ayat yang telah diubah. Beberapa perubahan yang ditetapkan jika dipahami layak untuk dipertimbangkan, antara lain:

1. Regulator penyiaran. Berdasarkan UU No. 32 Tahun 2002 lembaga yang mengatur hal-hal mengenai penyiaran ialah Komisi Penyiaran Indonesia (KPI). Pada pasal 8 ayat (2), tugas KPI antara lain menetapkan standar program siaran; menyusun peraturan dan menetapkan pedoman perilaku penyiaran; mengawasi pelaksanaan peraturan dan pedoman perilaku penyiaran serta standar program siaran; memberikan sanksi terhadap pelanggaran peraturan dan pedoman perilaku penyiaran serta standar program siaran; dan melakukan koordinasi dan/atau kerjasama dengan pemerintah, lembaga penyiaran, dan masyarakat.

Namun, adanya RUU tahun 2017 justru melemahkan KPI sebagai lembaga independen. Ruang gerak KPI hanya dibatasi untuk mengatur isi siaran saja sedangkan sistem penyiaran berada di tangan pemerintah. Sebagai lembaga independen, harusnya KPI berada di puncak teratas penyiaran. Secara sederhana, dampak melemahnya KPI dapat dilihat adanya kontrol atau campur tangan pemerintah dan DPR dalam mengatur frekuensi publik.

2. Digitalisasi penyiaran. Pada dasarnya, perubahan ini akan menjadi dampak positif karena masyarakat dapat menikmati siaran dengan kualitas yang lebih baik dari segi gambar dan jaringan. Meskipun pada pasal 16 ayat (1) dijelaskan bahwa pemerintah memberikan jaminan ketersediaan frekuensi bagi penyelenggara jasa penyiaran televisi, masih ada tanda tanya besar akan nasib lembaga penyiaran publik seperti TVRI. Adanya digitalisasi tentunya akan semakin membuka lebar peluang bisnis bagi pemilik media untuk meraup keuntungan yang lebih besar dan tidak memungkinkan jika akan bermunculan televisi-televisi baru yang tidak akan menyulitkan mereka untuk membangun dari nol. Sedangkan TVRI sebagai LPP yang berada di tangan pemerintah akan kesulitan dari segi finansial karena perubahan digital teresterial sepenuhnya biaya lembaga penyiaran. Kesempatan TVRI untuk menjadi penyiaran digital akan tertutup karena kanal frekuensinya sudah habis.

3. Pembentukan Lembaga Penyiaran Khusus (LPK), yaitu lembaga penyiaran yang didirikan dan dimiliki oleh lembaga Negara, kementrian/lembaga, partai politik, atau pemerintah daerah yang kegiatannya menyelenggarakan penyiaran radio dan/atau penyiaran televisi. Definisi tersebut bertolak belakang dengan pasal 105 ayat (5) apabila dipahami lebih dalam. Sebagai lembaga penyiaran yang didirikan dan dibiayai oleh partai politik, misalnya, tidak memungkinkan jika isi siaran akan mencakup mengenai kegiatan partai politik tersebut sehingga lembaga penyiaran digunakan sebagai alat propaganda politik, terlebih apabila LPK ini diberikan izin untuk bekerjasama dengan LPB. Artinya, isi siaran antara LPP, LPS, atau LPB tidak akan jauh berbeda.

4. Tidak dibatasinya Sistem Siaran Jaringan (SSJ) bagi LPS. Perubahan peraturan ini membuka ruang gerak yang lebih luas bagi LPS. Sekarang ini, LPS yang memiliki SSJ saja sudah cukup menjamur walau sudah dibatasi, apalagi jika tidak diberi batasan. LPS, jika ingin menambah siaran local, harus melalui SSJ terlebih dahulu. Artinya, dengan adanya penetapan tersebut, televisi jaringan lokal yang independen akan semakin kalah saing.

Sikap Kita Sebagai Mahasiswa Ilmu Komunikasi

Sebagai mahasiswa, baiknya kita bersikap kritis terhadap revisi undang-undang ini. Implementasinya bisa berupa diskusi aktif bersama mahasiswa, dosen, dan komunitas pers baik di dalam maupun diluar kampus. Diskusi ini bertujuan agar lebih membuka wawasan mahasiswa sendiri. Dengan mengkritisi topik kebijakan ini, khususnya bersama komunitas pers, kita berharap apa yang kita kritisi bisa tersampaikan kepada pemerintah.

Sikap kita sebagai mahasiswa juga tidak sebatas mengadakan diskusi namun bisa juga engan menulis. Mahasiswa Ilmu Komunikasi pasti sudah diajarkan untuk bisa menulis berita dengan baik. Hal ini bisa dimanfaatkan. Kita bisa mengirim tulisan kita yang tentunya bersifat mengkritisi kebijakan ini ke media online. Ini bisa dijadikan salah satu garda terdepan jika suara kita sebagai mahasiswa didengar oleh khalayak. Dengan ini juga, kita bisa sekaligus meliterasi masyarakat awam yang belum mengerti akan kerugian apa yang akan terjadi jika revisi undang undang tersebut jadi disahkan. [pid]

Malang, Channel11comm – Pendaftaran ajang Pemilihan Mahasiwa Berprestasi (Mawapres) tingkat jurusan Ilmu Komunikasi telah dibuka. Ajang tahunan ini merupakan kesempatan unjuk gigi bagi mahasiswa Ilmu Komunikasi yang mempunyai prestasi di bidang akademik, non akademik, maupun aktif dalam kegiatan organisasi.

Ketua Divisi Advokasi Himpunan Mahasiswa Ilmu Komunikasi (Himanika) Irfan Fahmi Aditya, selaku penyelenggara Mawapres, optimis bahwa Mawapres dari Ilmu Komunikas memiliki peluang untuk bersaing,

“Banyak mahasiswa Ilmu Komunikasi yang berprestasi baik di bidang akademik maupun non-akademik. Selain itu bisa kita lihat untuk Pimnas tahun ini yang berhasil diraih oleh mahasiswa dari jurusan Ilmu Komunikasi untuk kontingen yang berasal dari FISIP,” ucapnya.

Mengetahui bahwa pemilihan Mawapres merupakan salah satu ajang yang cukup bergengsi, antusiasme untuk pemilihan tahun ini meningkat dibandingkan tahun lalu.”Dari jumlah sudah cukup banyak. Prestasinya juga mumpuni. Secara kuantitas dan kualitas tidak perlu dipertanyakan,” pungkas pria bertubuh jangkung ini.

Tentunya tidak sembarang mahasiswa yang bisa mendaftar sebagai calon Mawapres.

“Kriteria mahasiswa yang bisa mendaftar di antaranya aktif dalam bidang akademik, organisasi, ikut lomba-lomba, dan memiliki IPK dengan rata-rata tiga,” ungkap Lia Panggabean selaku ketua pelaksana pemilihan mawapres tahun ini, ada perbedaan dengan pemilihan Mawapres tahun lalu, yang membedakannya adalah adanya syarat pembuatan video kemampuan berbahasa inggris.

Irfan menjelaskan, panitia menilai prestasi berdasarkan skala tingkatannya, yakni mulai dari universitas, nasional, hingga internasional. “Kita melihat dari sertifikat. Kita sesuaikan dengan skala tingkatannya. Semakin tinggi tingkatannya, poinnya semakin banyak,” terang Irfan. “Kita seimbang. Apapun prestasinya, kita apresiasi,” tegasnya.

Proses pengumpulan berkas hingga tanggal 13 Oktober 2017. Setelah itu berkas akan diseleksi dan diberi penilaian sebelum direview oleh dosen untuk dipilih sebagai mawapres. Setelah terpilih, Mawapres akan diadu lagi di tingkat fakultas.

Pemilihan Mawapres merupakan ajang untuk mengapresiasi prestasi mahasiswa. “Selain itu, mawapres nantinya diharapkan dapat merepresentasikan Ilmu Komunikasi UB dengan karakter yang komunikatif dan berprestasi di segala bidang,“ tutup Irfan. [rey/nis]

Subscribe to: Posts ( Atom )

Klarifikasi Isu Pilkahimanika dan Hasil Sidang Panwas

KETUA HIMANIKA 2018 TERPILIH

Pilkahimanika: Pesta Demokrasi Terbesar Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Brawijaya

Obati Kebimbangan Mahasiswa Ilmu Komunikasi 2016, Himanika Adakan Cakrukan Peminatan

Barang Bawaan dan Peraturan MAKASI 2017

Tampil Beda, CIA UB 2017 Hadirkan Tiga Pembicara Hebat

Mereka yang Mengharumkan Nama Ilmu Komunikasi Universitas Brawijaya

Revisi UU No. 32 Tahun 2002: Kenali dan Kritisi

FISIP Kembali Rajai Olimpiade Brawijaya 2017

Ilmu Komunikasi UB adakan kerjasama dengan Deakin University Australia

Mampukah Mawapres Ilmu Komunikasi Bersaing di Tingkat Fakultas?